10 April 2008
Paringi Sabar Gusti
Yah.... yang namanya temen emang kadang nggak bisa kita percaya seratus percent. Kemarin, aku baru kehilangan satu novel tentang pesantren yang rencananya mau tak serahin pak Budi Maryono buat diedit sekedarnya. Aku sudah janji dalam hati kalau novel itu terbit, aku mau nerbitin kumpulan puisi 2007 : Miserable song yang jadi titel blogku, secara indi. Tapi nasib berkata lain. Folderku yang aku titipin di komputer organisasi didelet oleh orang yang nggak bertanggung jawab yang mungkin benci banget sama aku. Aku ngak tahu kenapa dia sampai tega ngelakuin hal itu. Padahal aku nggak pernah berbuat salah (kaya'e) sama dia. Aku nggak pernah nyakitin dia. Aku udah anggap dia saudara yang mau aku ajak ngomong dan mau ngedengerin keluhanku soal sastra. Tapi kenapa dia begitu gemas sampai merencanakan buat ngehapus folder yang berisi separuh nyawaku (mungkin terlalu berlebihan)? Suer! Tadi pagi, aku nggak tahu harus ngomong apa waktu dia aku desak dan akhirnya dia ngaku kalau itu semua dia lakukan dengan sengaja . Apa?!!! Apa aku emang lagi dan lagi, dan lagi harus ketiban apes yang luar biasa dahsyat? Baru beberapa bulan lalu aku juga kehilangan novel Ilona setebal 250 halaman. Sekarang? Novelku, kumpulan 100 puisi terbaruku, data-dataku, tabungan artikel yang akan aku kirim ke Suara Merdeka, semuanya hangus! Musnah kayak kertas disulut korek api. Nggak guna apa-apa kan, selain jadi abu gosok? Entahlah! Entah! Entah! Cobaan apalagi yang akan aku terima. Apakah Tuhan nggak ngijinin aku jadi sastrawan yang merupakan cita-citaku sejak kecil? Apakah Tuhan tidak ngijinin aku berjuang lewat jalan ini? Atau mungkin ini cara Dia biar aku nggak takabur, nggak nyombongin diri dengan kemampuanku yang sebenarnya terbatas? Atau ini cara Dia nunjukin ke aku kalau apapun bisa terjadi? Benar kata mas Wien, aku harus membekup tulisanku dengan CD atau flash. Mungkin juga aku harus berhati-hati. Karena apapun bisa terjadi! Paringi sabar Gusti!
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
4 komentar:
sing sabar! mungkin itu ujiannya ben dadi sastrawan kelas wahid. semakin hebat ujiannya berarti kalo lolos nantinya bakal jadi tokoh yg lebih jos dari aku or siapapun. dulu aku juga pernah kehilangan skripsi dan naskah cerbung silat 600 halaman gara2 harddisk nJeblug. tapi skrg luka hatinya sudah sembuh.
(padahal asline aku yo males backup, hehe... gek belakangan ini sadar tuku CD-RW nggo mewadahi barang2 penting!)
Barang-barang penting ki apa, Wien? Heru Emka itu nyimpen lemarinya dalam flesdis. Tenang Vie's, akalmu belum ilang kan?
Barang-barang penting ki misalnya: cendhok, garpu, magic jar, kulkas, crocodile...
buat father
ya masih to pak! tapi yah... namanya juga manusia. wajar dong kalau kuciwo. kalau nggak kuciwo sama sekali, berarti bukan manusia. ya to?
buat brother wiwien
thengs atas supportnya
Posting Komentar