23 April 2008

Seni itu air kencing

Tolong! Aku kejebak!
Sebenarnya sih bukan apa-apa. Aku hanya udah bikin mati keki guru SMA yang rada-rada antipati sama aku. Gara-garanya festifal band yang bakal FP2S adain juli nanti (baru wacana). Dia nuduh kami nggak berterimakasih sama sekolah lantaran nggak menghargai dia. gila! lantas aku bilang gini: kami menghormati njenengan, tapi kami juga butuh bimbingan. kami butuh bapak sebagai pembina, bukan sebagai pemimpin yang otoriter yang nggak mau menerima masukan dari kami dan selalu memaksakan keinginan Bapak sendiri. kami juga punya hati. kami punya pemikiran lain yang juga, kalau bapak mau, butuh dihormati.
yah... semua ini gara-gara aku dan anak-anak FP2S yang sekarang pengin ganti nama jadi Forpissa, terpaksa harus melawan instansi kami sendiri. Sebenarnya bukan instansi, cuma perseorangan saja. Lha wong pak kepsek saja setuju kalau kami bikin acara itu.
Tapi masalahnya, pembina fp2s yang udah nggak jadi pembina lagi, eks-pembina atau pembina yang statusnya nggantung marah-marah karena kami nggak ngasih pemberitahuan dulu. Dia manggil aku ke skul dan mengintrogasi layaknya pak polisi kena penyakit speak syndrome.
A
lasan kami sederhana, kami cuman nggak mau dihalang-halangi. Kami nggak mau diwedeni, ditakuti macam-macam sehingga kami nggak jadi bikin festival ini. Pengalaman festival band kemarin juga gitu. Awalnya dia nggak setuju, dia marah dan menganaktirikan kami. Dia bilang kalau di sekolah ISLAM nggak boleh ada seni yang berbau ekstrim kayak undergroud, band, atau teater. Dia bilang secara blak-blakan seolah nggak punya kosakata manis yang nggak nyinggung perasaan kami. Yah... mungkin benar, yang berhak mewarnai sekolah NU cuma hadrah, tilawah, tahlil etc. Tapi pak Ali punya pendapat lain. Seni itu ekspresi jiwa. Seni itu kayak air kencing yang butuh dikeluarkan. Dan kalau ditahan bisa bikin penyakit. Tapi pembina kami yang terhormat masih ngotot bahwa segala macam musik itu haram! Keren nggak tuh?
Makanya di setiap kegiatan yang berbau seni, walaupun dia pembina kami, dia jarang kami kasih tahu (dasar murid kurang ajar!!!!). Alasannya ya itu tadi.... KAMI NGGAK MAU DITAKUTI, DIHANTUI, DIJADIIN SISWA BEROTAK BEKU YANG CUMA MIKIR AGAMA MELULU. NO!
Kalau kau sebut kami jahanam, silahkan. Tapi kami juga masih punya agama yang masih kami sanjung dan anut. Kami nggak lepas kontrol meskipun darah seni yang kami miliki menggelegak.
Kalau dia tetep marah lantaran masalah festival band, kami tetep akan nyopot jabatannya sebagai pembina. Gimana? Jahat nggak ya? Apa kami mirip kayak pejabat yang habis manis sepah dibuang?
Sumpah! Tapi kami nggak mau jadi yang kayak gitu. Kami cuma butuh bimbingan, dorongan, arahan, saran, kritik membangun, semangat, dan juga (mungkin yang terpenting) dana!
Kalau kau mau ngasih kritik sama fp2s, kami siap dan sangat siap menampung! Asal yang membangun. Hwe...hwe...hwe.....

3 komentar:

budi maryono mengatakan...

Ajak dia nonton Gambang Syafaat di Masjid Baiturrahman biar ketemu Fadli atau Didin, eh, Emha Ainun Nadjib atau Budi Harjono. Lebih dari itu, ketemu Islam yang "enak".

revalina ranting mengatakan...

trimakasih, om. kapan-kapan tak bujuk biar mau sedikit fleksibel (kalau bisa). kayaknya dia butuh juga diangetin, biar es batu dalam otaknya mencair.

wiwien wintarto mengatakan...

atau ajak dia nonton suting hari pertama Hujan di Hati Stephie!