Gelas Cinta
Aku ingin mengisi gelas-gelas cinta bersamamu
Saat ini, esok, atau setelah semua kembali ke pangkuan kasihNya
Seperti cinta Tuhan yang ia berikan lewat senyum Hawa pada Adam
Seperti damai yang dihembuskan angin sorga
Asa terajut dalam ikatan suci
Membentang kesetiaan
Bagai kelambu pengantin di musim tuai
For your wedding party
11 Sept ‘06
Lira Lara
Di sisimu aku bercinta dengan kematian:
Bayang kunang-kunang
Terdampar di parit harapan
Entah lelembut mana menawarkan luka-luka pada raut ayumu
Aku tlah pergi ke dunia asing tempat spora rekah lumut kuyup
Dan aku kehilangan warnamu yang sempat kukalungkan
Tapi aku ingin bercinta dengan kematian:
sekali lagi
jangan kauhalangi
akulah penyepi dihinggapi rayap-rayap
cacing-cacing
bilapun engkau terlambat hadir
kan kuberikan segelintir bayang-bayang
di ujung matamu
Februari 2007
Apa Yang Berdetak?
Ada yang bersembunyi di hatimu
Seperti surya berlindung di balik mega
Mataku gelap
Ingin kujelajahi deltamu yang gembur
Menanam benih-benih kepercayaan
Tapi…
Masih ada yang bersembunyi di hatimu
Ada yang berdetak sama dengan detak jantungmu
Dikiri hatimu
Di pusar jiwamu
Di paruh diafragmamu yang mencuat bisu
Aku tak tahu
Hanya lamalama detakmu makin terasa
Bergetar gemuruh mengguncang kestabilanku
Matamu bicara lewat air mata
Tapi bibir senyum penuh cinta
Apa yang bersembunyi di hatimu?
Apa yang berdetak?
Ujung Senja, Sept’06
Berceloteh Mimpi
Ijinkan mulutku berceloteh mimpi dengan batu beku
Setelah telingamu tak lagi sudi tampung ocehanku
Tlah lama kugigit bibir
Bersandar di tiang pengharapan
Nanti waktu lapangmu tuk bicara jiwa ke jiwa
Masihkah kaumiliki rasa?
Hatiku mulai ragu setelah berwajah pada pohon tumbang
Mulutku terpaku abjad yang tak nyata
Nyaliku tertelan kemelut jiwa
Aku ingin sekali berceloteh padamu
Namun imajinasiku terbakar sumbar yang mencahar
Di tiap bibir hendak bergerak
250706
Catatan Waktu
Kusulam puisi di atas permadani rumputmu yang tandus
Benang alang-alang tlah kuikat membentuk sketsa waktu
Berdetak di jantungku
Aku tlah mencatat mekar bungamu – katamu
Kau berlarian meloncati hatiku
Daun parumu bergelantungan serupa bandul
Menari
Kulihat kau memetik kelopak jantungku
Meremasnya hingga berdarah
Aku tlah temukan wangimu – teriakmu
Dan kau titipkan mimpimu pada jutaan peri yang terbang mengitari taman hatimu
Yang tiba-tiba lenyap
Kusulam puisi di atas rumput tandus yang kau tinggalkan dalam catatan waktu beku
280906
Tidak ada komentar:
Posting Komentar