
selembut apakah selendang malam?
seperti belaianmukah?
atau hanya air mata yang menetes di sudut mata saat aku kehilangan kata-kata?
atau seperti pertanyaan bintang yang tersapa langit...
yang tak terjawab oleh hembuasan senyap embun
kalau begitu...
susupkan saja kepalaku di ketiakmu
biar kucium odormu yang khas....
atau kau selimutkan tanganmu di dadaku
biar kau tahu degub jantungku
mengembara ke langit waktu
mari kita tertawa bersama
biarkan burung-burung itu mengepak di seberang kita
di batas trenyuh jiwa....
3 komentar:
Jadi ingat puisi-puisiku saat manten anyer dulu. Weh!
iya. aku juga jadi inget puisi-puisiku saat... oh, rung tau gawe puisi ding...!
father : ini kan juga dapat inspirasi dari mentenane bapak dulu. hehe
mas win : lha puisi sing kae ndi?
Posting Komentar